inilah HIDUP

mengubah KRONOS menjadi KAIROS.
mengubah peristiwa begitu saja menjadi peristiwa bermakna, peristiwa berahmat.
mengubah CROWD menjadi COMMUNITY.
Mengubah yang tidak berhati nurani, menjadi kumpulan orang yang punya hati.
Inilah HIDUP yang bermakna.

Jumat, 01 Oktober 2010

permenungan 1 Oktober: jantung yang penuh cinta di tengah budaya jari-jemari, cultura digitale

pada suatu saat,
ada seorang anak perempuan kecil di Vietnam yang terluka parah karena ledakan bom. Ia bisa diselamatkan kalo ada orang yang mau mendonorkan darahnya. Yang ada di sana saat itu hanya seorang dokter dari Amerika, suster perawat lokal, dan beberapa anak laki2 dan perempuan, teman si korban. Kedua orang tuanya meninggal karena ledakan bom tersebut.
karena si dokter dan si perawat tidak mempunyai golongan darah yang sesuai dengan si korban. Sang dokter menawarkan pada anak-anak yang ada di sana: apakah ada di antara kalian yang mau mendonorkan darah untuk temanmu ini? dia tanya sampe tiga kali dan tidak ada yang menjawab. Baru tersadar kalo dia bertanya dengan bahasa Inggris. Akhirnya, dia meminta si suster untuk bertanya dengan bahasa setempat. Tidak ada yang menjawab juga sampai akhirnya dengan takut dan ragu, ada seorang anak laki-laki mengacungkan tangan... Ia berbicara dengan suara bergetar: AKU MAU. Proses transfusi dimulai, dan si anak laki-laki mulai menangis.... Sang dokter bertanya: Sakitkah? kamu sakit? Si anak diam saja dan tetap menangis. Dokter sadar lagi oowwhh dia bertanya dengan bahasa Inggris. lalu akhirnya si suster yang bertanya: mengapa kamu menangis? Sakitkah??Jawab anak itu pelan: tidak, aku sama sekali tidak merasa sakit. Aku hanya takut karena setelah donor ini selesai, aku akan mati.

Selama ini, anak ini punya keyakinan kalau donor darah bisa menimbulkan kematian. Namun, apa yang menggerakkannya sehingga anak itu mau mendonorkan darah pada sahabatnya..? inilah CINTA YANG TULUS dari seorang anak.
Theresia dari kanak-kanak Yesus, atau Theresia Lisieux yang pada hari dipestakan oleh Gereja Katolik, juga mempunyai jantung hati yang penuh cinta. Ia diangkat sebagai pelindung misi, bukan karena dia pergi melanglang buana ke tanah misi, namun karena dialah yang memiliki JANTUNG MISI tersebut: HATI YANG PENUH CINTA, yang kemudian diwartakan oleh para misionaris ke semua penjuru dunia.

sederhana, zaman kita sekarang adalah cultura digitale, budaya jari-jemari. Orang-orang makin disibukkan dengan kepentingannya sendiri. Sepertinya mendekatkan yang jauh, tapi pastinya menjauhkan yang dekat. Ia bertekun dengan handphone-nya, internetan, BB-an... Maka, cultural digitale ini menyajikan PILIHAN: MENCERAI-BERAIKAN atau MENYATUKAN. Di sinilah letak semangat Theresia harus diambil. CINTA yang menjadi dasarnya, dan CINTA itulah yang harus diwartakan, dikomunikasikan kepada semakin banyak orang. Cultura digitale menawarkan banyak sekali media untuk itu selain mulut dan tingkah laku kita tentu. Mari berlomba-lomba mengkomunikasikan kasih untuk semakin banyak orang: berkata-katalah positif, buatlah status facebook yang menawarkan permenungan tentang kasih, bukan sekedar kata-kata kosong, kirimkan sms yang meneguhkan, dan lain sebagainya...

Cinta adalah panggilan yang mencakup semua panggilan lainnya,
merupakan alam semesta, meliputi semua ruang dan waktu
cinta itu abadi
-theresia lisieux

(ilustrasi cerita terinspirasi dari: Cerita Kecil Saja, karangan Stephie Kleden-Beetz
terbitan Kanisius, 2009)