Jiwaku Tenang, 6
November 2013
“Demikianlah setiap orang di antaramu yang
tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridku.”
Luk. 14,33
Pada suatu hari ada dua orang biksu yang melakukan perjalanan menuju
suatu desa untuk mengabarkan pengajaran. Ditengah perjalanan, dua biksu itu
bertemu seorang wanita yang hendak menyeberang sungai. Wanita itu takut menyeberang
karena arus cukup deras. Dan kebetulan kedua biksu ini juga akan menyeberang
sungai. Biksu yang lebih tua menawarkan diri untuk menggendong si wanita.
Wanita tersebut setuju. Akhirnya mereka bertiga menyeberang dengan selamat. Selama
perjalanan, biksu muda itu selalu menggerutu. Sampai pada akhirnya si biksu tua
tidak tahan lagi. Dia bertanya apakah ada masalah. Si biksu muda berkata,
“Bukankah, kita para biksu diajarkan untuk tidak bersentuhan dengan wanita ?” Jawab
si bisu tua, “Oh, jadi itu yang membuatmu muram dan menggerutu sepanjang
perjalanan. Aku sudah menurunkan wanita itu di pinggir sungai, engkau masih
menggendongnya sampai disini.”
Kegelisahan sang biksu adalah
kegelisahan manusia yang tak bisa melepaskan diri dari berbagai macam kelekatan
tak teratur, dan pusatnya tentulah dalam pikiran. Lalu muncullah berbagai macam
istilah terkait dengan kelekatan: gila kerja, gila harta, gila seks, gila
popularitas, gila gadget, gila jejaring sosial, dll... jika tak melakukannya,
bersentuhan dengannya bisa gelisah, cemas, dan khawatir. Lawan dari itu semua
adalah lepas bebas, seperti halnya biksu tua yang sudah melepaskan gendongan
sejak usai menyeberang. Menggendong adalah sarana; dan keselamatan adalah
tujuan. Maka, milik kita dan usaha kita dalam hidup adalah sarana, sedangkan
kemuliaan Tuhan adalah tujuan.
Bagaimana hidup kita?
Semangat. JLU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar