inilah HIDUP

mengubah KRONOS menjadi KAIROS.
mengubah peristiwa begitu saja menjadi peristiwa bermakna, peristiwa berahmat.
mengubah CROWD menjadi COMMUNITY.
Mengubah yang tidak berhati nurani, menjadi kumpulan orang yang punya hati.
Inilah HIDUP yang bermakna.

Sabtu, 09 November 2013

Setia Memikul Salib

Pengalaman mengunjungi lapas kota Tegal hari Rabu, 6 November lalu benar benar pengalaman yg luar biasa. Mereka bahkan menyambut dengan penuh keramahan, dan persahabatan. Acara dimulai dengan puji-pujian. Sitorus menggenjreng gitar dengan penuh semangat mengiringi puji-pujian kami, juga dinyanyikan penuh semangat. Total ada 7 napi, hanya satu yg beragama Katolik, yg laen Kristen. Saya datang bersama 4 orang relawan, anggota legio dan seorang psikolog. 
Saya diminta memberikan renungan kecil...kebetulan saya mengambil bahan bacaan dari kalender harian.... Ttg kemuridan. Menjadi murid berarti harus berani memikul salib. Menjadi murid juga harus berani lepas bebas, meninggalkan kelekatan kelekatan tak teratur yg bs mengantar orang utk jatuh dlm dosa.

Setelah itu ada satu momen yg berkesan, yaitu sharing teman teman itu. Setidaknya ada dua sharing yg berkesan. Seorang teman bercerita ttg budaya kampung di daerah tempatia lahir di Sumatra sana yg membentuknya menjadi seorang pencuri. Kebanggaan diukur bukan atas kebaikan yg dilakukan namun justru bertolak dari kejahatan yg dilakukan. Semakin besar tingkat kejahatan yg dilakukan, dia akan semakin tenar, apalagi jika sudah mampu menaklukkan jakarta. Itu juga yg mengantar teman ini ke jakarta. Menjadi perampok..tp sayang ia tertangkap.. Mulai sejak saat itu, ia dimasukkan dlam penjara. Kehidupan yg keras juga membuat ia memunyai temperamen yg tinggi. Senggol bacok, istilahnya. Semua itu mulai berubah ketika ia dipindahkan ke Tegal. Sapaan kasih setiap minggu dr ibu2, dr pendeta, dari imam, banyak mengubahnya. Juga atas karena doa dan pujian yg dilambungkan. Berubah, berbenah, dan berbuah..... Salib yg dia pikul akan ia jalani dengan setia...dan ada doa yg terlambungkan, yaitu untuk mampu melepaskan kelekatan-kelekatannya..terutama tradisi dlm keluarganya yg membuat ia terus menerus lekat dengan tindak kriminal.

Sharing teman yg kedua, juga menakjubkan. Saat di lapas cipinang, adalah sangat memalukan jika seorang napi itu menjadi tukang bersih-bersih, mengepel lantai dst. Kehormatan sebagai napi jagoan tetap harus dijaga. Pengalaman ini berbeda ketika ia dipindah ke lapas kota Tegal. Menakjubkan bahwa perubahan itu menghantam sisi egoisme yg begitu tebal. Teman itu disuruh mengepel lantai. Malu dan takut ada yg lihat, lalu difoto, dan dikirimkan ke jakarta....itu perasaan yg dialami. Tp seiring perjumpaan dlm doa dan keakraban, mengubah teman ini menjadi makin rendah hati..... Ia bahkan menjadi ketua kelompok bersih-bersih. Mengharukan akhirnya saat dia bilang: ak ga mau kembali ke jakarta lagi..... Ak ingin memperbaiki hidupku lagi. 

Betapa bersyukurnya saya berjumpa dengan pengalaman ini untuk sekian kali lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar